Dalam sejarah, tercatatlah nama cak durasim sebagai salah seorang seniman besar bangsa. Beliau merupakan seorang seniman ludruk dari jawa timur (hingga kini nama beliau dijadikan sebuah gedung kesenian di Surabaya). Konon, di saat indonesia berada dalam penjajahan jepang, cak durasim cukup sering diundang oleh para petinggi tentara jepang untuk menghibur mereka. Cak durasim menyuguhkan pertunjukan ludruk berbalut kejenakaan yang penuh dengan sindiran terhadap penjajahan jepang.
Di kala itu tentara jepang tidak menyadari bahwa tiap mereka menyaksikan ludruk, saat itu juga mereka selalu disindir dengan tanpa sepengetahuan mereka (tentu saja mereka tidak tahu, mereka tidak bisa berbahasa jawa).
Suguhan humor dari cak durasim semakin lama semakin berani.
Hingga suatu saat, entah bagaimana ceritanya, Jepang akhirnya mengetahui segala maksud dari pertunjukan ludruk cak durasim. Cak durasim ditangkap, dan mendapatkan siksaan yang mungkin tak dapat
kita bayangkan. (ingat, penjajahan jepang terkenal dengan kejamnya siksaan yang diperlakukan untuk para musuh jepang)
Hingga kini, cak durasim termasuk sebagai seorang seniman sekaligus pahlawan bangsa. Walaupun jalan perjuangannya bukan melalui pedang ataupun senapan, tapi dalam bentuk humor.
***
Untuk saat ini, keadaan bisa saja berubah. Seringkali orang-orang yang humoris dianggap sebagai orang yang tak dapat serius. tak dapat melihat sikon. Dan mungkin kurang berwibawa.
Namun satu cerita di atas cukup menggambarkan betapa humor adalah sesuatu yang tak dapat diremehkan. Humor bahkan dapat menjadi sebuah jalan perjuangan bagi bebeberapa orang seperti cak durasim.
Suatu saat saya pernah mendengar sebuah pepatah:
“Sesekali ketika kita menjadi orang yang paling menderita di muka bumi, satu-satunya hiburan untuk kita adalah menertawakan penderitaan kita sendiri!”
“Sesekali ketika kita menjadi orang yang paling menderita di muka bumi, satu-satunya hiburan untuk kita adalah menertawakan penderitaan kita sendiri!”
Humor pun juga cukup menjadi senjata ampuh untuk meredam stress.
Ada sebuah kisah unik, ketika persidangan di Majelis Konstitusi RI dalam kasus Bibit-candra,Moh Mahfud sebagai pemimpin sidang seringkali melemparkan humor segar di tengah-tengah persidangan yang serius. Tanpa mengurangi esensi dari sidang itu sendiri, beliau menepis anggapan tidak serius selama memimpin sidang. “justru dengan humor itu, persidangan dapat berlangsung tenang. Masyarakat tidak kebawa stress. Dan Yang penting, tidak terjadi persidangan yang ricuh”
***
Tentu saja, humor yang dimaksud pada cerita-cerita di atas adalah humor-humor cerdas dan memiliki tujuan,bukan hanya sekedar humor kacangan, apalagi humor-humor jorok.
Humor yang cerdas mungkin dapat menjadi manifestasi sebuah jalan pikiran yang dingin walaupun berhadapan situasi yang menekan.
Mungkin, setiap perusahaan/organisasi/lembaga perlu mengadakan divisi humor, untuk meredam stress dari para anggotanya. Terlebih, menjadi usaha pencerdasan yang terselubung. =D
BRAVO CAK DURASIM!
Leave a comment